Homepage

Thursday, February 03, 2022

Hadir Dalam Kongres HEBII (Himpunan Editor Berkala Ilmiah Indonesia)

 

Pada 20 Januari 2022, sebagai anggota HEBII (Himpunan Editor Berkala Ilmiah Indonesia), saya mengikuti Kongres III HEBII. 

Sejumlah hasil kongres, diantaranya, diterimanya Laporan Akhir HEBII oleh Ketua HEBII 2020-2022 Prof. Dr. Komang G. Wiryawan, terpilihnya Ketua HEBII 2022-2026 Prof. Kuswanto, serta diterimakannya Penghargaan HEBII kepada Dr. Lukman, ST, MHum (sekarang Direktur Kelembagaan pada Kemdikbudristek), dan Prof. Dr. Istadi.










Monday, November 22, 2021

Being Indonesian Wikipedian

Menjadi seorang Wikipedian membutuhkan waktu dan perjuangan. Inilah yang saya alami ketika mengikuti proses dari Wikimedia secara daring selama hampir satu bulan, dari Agustus hingga September 2021, hingga memperoleh sertifikat.

Menjadi seorang Wikipedian adalah sebuah pilihan untuk berkontribusi melalui ensiklopedi terbesar di dunia, khususnya terhadap pembebasan pengetahuan!



Wikimedia Indonesia menyelenggarakan webinar dengan judul “Miskonsepsi Wikipedia dalam Dunia Pendidikan” untuk memberi wawasan dan pengalaman baru kepada masyarakat umum, kalangan guru, dan akademisi di Indonesia.

Webinar ini akan dilaksanakan pada hari Kamis, 9 Desember 2021, pukul 10.00–12.00 WIB melalui Zoom.

Pendidikan Wikimedia Indonesia merupakan salah satu program strategis yang dilakukan oleh Wikimedia Indonesia untuk mengedukasi publik tentang proyek-proyek Wikimedia, seperti Wikipedia. Program ini melibatkan sejumlah kegiatan, termasuk pelatihan Wikipedia, sosialisasi Wikipedia, dan seminar publik.

Tim Pendidikan Wikimedia Indonesia menyadari bahwa tidak semua masyarakat umum, tenaga pendidik, dan akademisi mengetahui tentang Wikipedia dan cara kerjanya sehingga terdapat miskonsepsi bahwa Wikipedia tidak dapat dijadikan sebagai rujukan. Bahkan, sebagian besar universitas telah melarang penggunaan Wikipedia dalam lingkungan akademik. Hal ini merupakan tantangan yang harus Wikimedia Indonesia hadapi untuk meluruskan kesalahpahaman yang telah beredar.

Dengan alasan tersebut, Wikimedia Indonesia mengadakan webinar dengan judul "Miskonsepsi Wikipedia dalam Dunia Pendidikan" untuk memberikan pemahaman mengenai Wikipedia dan cara menggunakan Wikipedia yang dianjurkan. Webinar ini juga diharapkan dapat menjadi jalan pembuka untuk bekerja sama dengan lembaga pendidikan dan mensosialisasikan proyek-proyek Wikimedia kepada peserta didik dan/atau mahasiswa.

TUJUAN
1. Memaparkan dan menjelaskan kesalahpahaman umum mengenai Wikipedia dalam dunia pendidikan, khususnya di tingkat perguruan tinggi;
2. Menceritakan pengalaman berkontribusi di Wikipedia sesuai bidang yang ditekuni; dan
3. Menjelaskan peran Wikipedia sebagai sarana penyebaran ilmu pengetahuan dalam bidang tertentu.





Sunday, October 17, 2021

Menguji Proposal Tesis Kebijakan Publik

Bertindak sebagai penguji mahasiswa yang sedang mengusulkan tesis dalam bidang kebijakan publik (public policy), yakni:

1. Dian N. Awaliyah (24 September 2021)

Impact of Hybrid Community Reading Space for The Implementation of Creative City Policy in Indonesia During the Covid-19 Pandemic




2.  Desytia Nawris (21 Oktober 2021)

The role of stakeholders in the consultation process and the implementation of the policy to maintain religious harmony from the perspective of the Bahá’í community in Indonesia




3. Meilany Fahriantiny (22 Oktober 2021)

Spooring Evidence-Based Policy in Indonesia: Knowledge to Policy Pathway Through A Case Study of Provincial Road Improvement and Maintenance (PRIM) Pilot Program in Nusa Tenggara Barat Province (NTB) and Lombok Barat District (KLB)



4. I Gede Anantha Kusuma (22 Oktober 2021)

Optimizing The Role of The Greater Sulu-Sulawesi Corridor: An Analysis in Developing Agribusiness Sector in The Province of North Sulawesi










Mengajar (Pra-)Sejarah Psikologi Modern

 

Salah satu kegiatan mengajarkan The Origins of Psychology (Sejarah Psikologi) di Universitas Bina Nusantara. Saya telah menjadi dosen pengampu mata kuliah sejenis sejak menjadi dosen tidak tetap (DTT) di Fakultas Psikologi, Unika Atma Jaya Jakarta, yakni sejak 2011, dengan nama mata kuliah Sejarah Pemikiran tentang Manusia, atau disingkat SPM.

Pada 2015, saya sempat mengundang Dr. Bagus Takwin, sebagai dosen tamu mata kuliah ini pada skema Global Learning System di BINUS University. Setahun berikutnya, pada 2016, saya mengundang Dr. Nani Nurrachman sebagai dosen tamu, diantaranya membicarakan Current Notions: Indonesian Psychology in the making?







Sebagai Editor Jurnal, hadir dalam acara FPsi UGM

 

Kegiatan virtual di Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada, bertajuk 'Meet The Editors', 9 Oktober 2021, dalam rangkaian Workshop Penulisan dan Submission Publikasi 2021.

Disambut dalam Penutupan oleh Dekan FPsi UGM yang baru terpilih, Bapak Dr. Rahmat Hidayat.

Para Editor berasal dari :

1. ANIMA Indonesian Psychological Journal. Saya mewakili Editor ANIMA  bersama dengan Dr. Ide Bagus Siaputra dan Edwin A. Surijah.

2. MAKARA Human Behavior Studies in Asia (d/h MAKARA Seri Sosial Humaniora).

3. Psympathic: Jurnal Ilmiah Psikologi.







Menjadi Juri GASASIS, Universitas Airlangga

 

Menjelang akhir tahun 2021, saya turut membantu Konferensi Mahasiswa Merdeka Belajar (KMMB) 2021 yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi, Universitas Airlangga (UNAIR), Surabaya, sebagai juri GASASIS.

Gagasan Inovatif Mahasiswa atau GASASIS adalah ajang kompetisi ilmiah berskala nasional. Kompetisi ini merupakan salah satu wadah bagi mahasiswa untuk tampil berkontribusi secara aktif dalam mempersiapkan Indonesia menghadapi tantangan baik lokal maupun global dan perubahan masif yang menuntut kita untuk adaptif memberikan solusi kritis yang aplikatif, kreatif dan inovatif serta berlandaskan pada ilmu pengetahuan sesuai bidang disiplin masing-masing. Kemudian, melalui GASASIS ini, mahasiswa diharapkan dapat menuangkan ide-ide kritisnya yang orisinil menjadi solusi aplikatif secara bertanggung jawab dalam bentuk proposal, wujud fisik gagasan, dan presentasi virtual.

Bung Karno pernah berkata, “Perjuangan-perjuangan membawa kesulitan-kesulitan. Perjuangan besar tidak hanya menuntut pengalaman tetapi juga menuntut keberanian”. Pernyataan tersebut memberikan pandangan bahwa pengalaman saja tidak cukup dalam perjuangan besar menghadapi kesulitan namun juga membutuhkan keberanian. Generasi muda bangsa Indonesia adalah aset penting dalam tonggak pergerakan kemajuan suatu bangsa sehingga mental keberanian harus ada dalam setiap diri generasi muda. Bukan hanya berani berpikir kritis tetapi juga harus berani berkarya dan berinovasi sebagai bentuk aplikatif dalam beradaptasi menghadapi perubahan-perubahan yang terjadi.

Gagasan Inovatif Mahasiswa atau GASASIS menjadi ajang untuk merangsang gagasan dan diskusi dalam upaya untuk mengintegrasikan sains dan praktik dengan lebih baik. GASASIS mendorong para mahasiswa Indonesia untuk menciptakan gagasan baru yang kreatif dan inovatif serta berlandaskan pada teori dan praktik ilmu yang ditekuni. Peluncuran Program Prioritas Nasional mengharapkan kita kembali berpikir dengan berlandaskan pada sains yang kemudian akan diaplikasikan langsung pada saat ini sebagai jawaban atas permasalahan yang tengah melanda negeri ini. Maka dari itu, calon peserta diminta untuk menerapkan ilmu yang dipelajari di bidang masing-masing untuk menciptakan gagasan baru yang kreatif dan inovatif untuk memberdayakan masyarakat menuju keadaan yang sejahtera dan makmur.















Update 7 November 2021: Penjurian Babak Final GASASIS, ditonton lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kali pada kanal Youtube.
























Tuesday, September 07, 2021

Menyanyikan 'Suratku' (2021)




 

Pengalaman Mengajar di Fakultas Psikologi di Jakarta

Di luar Jurusan Psikologi, Universitas Bina Nusantara, saya pernah mengajar di Fakultas Psikologi, Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Jakarta, Universitas Bhayangkara Jakarta Raya, Universitas Pelita Harapan, Universitas Pancasila, dan Universitas Mercu Buana Jakarta. 

Berbagai pengalaman mengajar ini memberikan pengayaan tersendiri bagi saya, yang hingga saat ini kerap menjadi ingatan positif bagi saya, apalagi di era Kampus Merdeka, yang menghendaki diversitas pengalaman dosen di luar perguruan tingginya sendiri.

Dari berbagai dokumen yang sempat terdokumentasikan ini, mata kuliah yang saya ampu antara lain Manajemen Perubahan Perilaku, Analisis Perubahan Sosial, Media dan Persuasi, Sejarah Pemikiran tentang Manusia, Psikologi Umum, Kode Etik Psikologi. 

Dokumen hard copy yang belum ditemukan adalah surat tugas mengajar dari Fakultas Psikologi, Universitas Mercu Buana, di mana saya mengajar Filsafat Manusia dan Psikologi Sosial selama beberapa tahun.













Tuesday, February 02, 2016

Curriculum Vitae

Saya dapat dijumpai di http://about.me/juneman

Juneman Abraham. Dosen Tetap pada Jurusan Psikologi, Fakultas Humaniora, Universitas Bina Nusantara. Pernah menjadi Dosen pada Fakultas Psikologi Universitas Bhayangkara Jaya, Universitas Mercu Buana Jakarta, Universitas Pancasila, Universitas Atma Jaya Jakarta, dan Universitas Pelita Harapan. Alumnus program studi S1 Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI (UPI YAI, 2007) dan Alumnus program Magister Sains Psikologi Sosial Universitas Indonesia (UI, 2011). Memperoleh sertifikasi internasional Certified Webmaster Professional (CWP) dari World Organization of Webmasters (2001). Subject Content Specialist Bidang Metodologi Penelitian Psikologi (2011), selanjutnya Subject Content Coordinator Bidang Psikologi Sosial-Komunitas (sejak 2012) pada Universitas Bina Nusantara, Anggota Pengurus Himpunan Psikologi Indonesia (HIMPSI) Wilayah DKI Jakarta (2007-2014), Ketua Kompartemen Keorganisasian dan Keanggotaan-Pengurus Pusat HIMPSI (2014-sekarang). Sekretaris Jenderal Asian Psychological Association (APsyA, 2014-2016); Presiden Association of Behavioural Researchers on Asians-Indonesia Chapter (ABRAindonesia, sejak 2014); Anggota Peneliti Center for Terrorism and Social Conflict Studies-Universitas Indonesia (CTSC UI, sejak 2013); Anggota Pengurus Ikatan Psikologi Sosial HIMPSI (periode 2010-2014), Wakil Dekan/Ketua Program Studi S1 Psikologi Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (2008-2011), Anggota Pengurus Departemen Pusat Penelitian Ikatan Alumni Fakultas Psikologi Universitas Persada Indonesia YAI (IKAPSI UPI-YAI, 2010-2013), Anggota American Psychological Association-Graduate Students (APGS-APA, 2009-2011). Ia merupakan Anggota Pendiri Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia (AIFI, 2010), Anggota Aktif Jejaring Komunikasi Kesehatan Jiwa (JEJAK JIWA) Indonesia (2007-sekarang), serta Konsultan dan Pelatih pada Mercu Buana Training & Consulting/MBTC (2006-2010). Ia juga merupakan Anggota Sidang Penyunting Jurnal Ilmiah Psikologi PSIKOBUANA Universitas Mercu Buana Jakarta (2008-2011, ISSN 2085-4242), Jurnal Kesehatan Jiwa Indonesia ATARAXIS (2007), Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences/IJLFS (2008, ISSN 1979-1763), Jurnal Psikologi Ulayat/Indonesian Journal of Indigenous Psychology (2012-2014, ISSN 2088-4230), Asian Journal of Environment-Behaviour Studies (ISSN 1394-0384), serta Ketua Sidang Penyunting Jurnal Ilmiah Psikologi Industri dan Organisasi/JPIO (sejak 2012, www.jpio.org, ISSN 2302-8440, bekerjasama dengan Asosiasi Psikologi Industri dan Organisasi/APIO PP HIMPSI), dan Sekretaris Dewan Redaksi Jurnal Psikologi Indonesia (ISSN 0853-3098, www.himpsi.or.id). Menyunting buku Program Keluarga Harapan di Indonesia: Dampak Pada Rumah Tangga Sangat Miskin di Tujuh Provinsi (Pusat Penelitian dan Pengembangan Kesejahteraan Sosial/P3KS Press, Jakarta, ISBN 9786028427708, 2012) serta Isu Etik Dalam Penelitian di Bidang Kesehatan (AIFI & Universitas YARSI, ISBN 9786021420805, 2013). Dalam bidang pengembangan diri, ia mengikuti pelatihan Intercultural Rhetoric (diselenggarakan oleh Psychology Department-UNIKA Atma Jaya Jakarta & Institut fuer Kommunikation and Interkulturelle Kompetenz, Hochschule fuer Technik Rapperswil, Switzerland, 2014) dan Male Counseling/Konseling Perubahan Perilaku Untuk Laki-laki (diselenggarakan oleh PULIH Foundation & RutgersWPF, 2014). 

Saturday, May 09, 2015

Tulisan terbrilian yang saya baca pekan ini: Lakon Sesat (Kurnia JR)

Lakon Sesat


Anda pernah menonton sandiwara, semisal pertunjukan Teater Koma? Apakah Anda merasa ada bagian tertentu yang ditonjolkan secara berlebihan? 

Drama menggambarkan kehidupan dengan fokus pada aspek tertentu. Kita tahu maksudnya adalah untuk menegaskan alur cerita, tokoh, situasi, atau suasana dunia lakon, bukan untuk menyesatkan penonton.

Tokoh karismatik akan beraksi penuh wibawa. Gayanya gagah ketika bermonolog atau berdialog, dagu terangkat, suaranya berat lembut sehingga penonton mendapatkan karakter penuh pesona. Tokoh pejabat korup yang sok saleh, gaya monolognya sering ditingkah tawa jemawa; saat berdialog dengan massa gemar istigfar, bahkan menangis sesenggukan di muka wartawan.

Itulah tontonan di panggung teater. Anda dan saya menonton para aktor dan aktris yang beraksi menurut arahan sutradara.

Kini, bisakah Anda ingkari bahwa di Republik ini banyak aktor-aktris dalam lakon sesat? Lakon itu, dengan sukacita atau terpaksa, kita sepakati dan mainkan bersama akibat kelemahan sistem hukum dan moral. Lakon yang mengundang bencana kebodohan kolektif dan berujung kehancuran dengan sutradara lebih dari seorang. Mereka yang paham konteks akan bersoal perihal jati diri para dalang.
Dalam Notre-Dame de Paris adikarya Victor Hugo, raksasa sastra Perancis, ditampilkan sosok dalang Claude Frollo, wakil uskup. Gaya hidupnya yang kaku dan menyangkal gairah berahi duniawi telah menciptakan citra diri suci di mata umum.

Tiada yang menyangka, sang wakil uskup berwatak keji. Sejak tersihir pesona La Esmeralda si gadis Gipsy, moralnya merepih. Imannya kewalahan melawan keindahan si Bunga Lily, perawan suci dari dunia gelandangan.

Tak mau mengakui kelemahan kodrati yang melekat pada dirinya, Frollo ambil jalan kejam: melenyapkan La Esmeralda, biang keladi pengacau iman. Ia memperalat Jacques Charmolue, pengacara raja di pengadilan gereja, untuk mencari-cari kesalahan si penari jalanan. Tiada beda lagi antara kesucian moralitas dan kebusukan dalih palsu sang biarawan.

Suatu malam, Frollo menikam lelaki yang tengah merayu gadis itu di kamar losmen. La Esmeralda, yang pingsan karena kaget, tiba-tiba jadi tersangka. Jalan hidup gadis 15 tahun itu mendadak kelam. Dakwaannya berat: pembunuh dan penyihir.

Masyarakat yang semula memandang La Esmeralda sebagai matahari jalanan kota Paris ikut mencemooh. Dia yang datang dari kaum gembel memang rentan fitnah dan ketidakadilan.

Gambaran sekarang

Pernyataan sang narator cerita seperti menyindir kita: ”keadilan pada zaman itu tak banyak menaruh perhatian pada klarifikasi dan akurasi dalam proses persidangan.” Raja Louis XI, sonder periksa, menjatuhkan vonis mati atas La Esmeralda.

Cerita tamat dengan kematian si gadis suci di tiang gantungan. Sang dalang, Wakil Uskup Frollo, selamat, tetapi pengarang tak rela. Dia dibunuh Quasimodo, si bungkuk yang tahu kejahatan ayah angkatnya itu.

Lakon bangsa kita lebih buruk daripada cerita itu. Warga Paris abad pertengahan tidak punya akses untuk memahami intrik-intrik kekuasaan di gereja dan istana. Mereka membebek ke mana telunjuk penguasa diarahkan. Keadaan kita tidak senaif itu. Namun, informasi dan transparansi nyaris tak berguna karena elite politik berduyun-duyun ikut narasi dalang, sementara rakyat sekadar aktor tanpa wajah.

Di tengah gerakan bangsa melawan korupsi, para dalang dengan kepentingan masing-masing berkomplot melumpuhkan hamba-hamba hukum yang jujur. Masyarakat gelisah merasakan kejanggalan perilaku penegak hukum yang jemawa.

Dalih ”demi hukum dan konstitusi”, ”menghindari pencemaran nama baik”, ”sesuai prosedur hukum”, ”tiada intervensi terhadap lembaga hukum” sekilas tampak netral, tertib, dan positif. Padahal, semua itu membuat kita kerdil, terpasung, dan ikut memainkan lakon sesat.

Dalam lakon ini, bukankah konstatasi-konstatasi itu jadi aspek yang ditonjolkan secara berlebihan sehingga terjadi digresi cerita berkepanjangan?

Perlu ada dekonstruksi pemaknaan atas frase-frase normatif yang rentan manipulasi itu karena, tak mustahil, malah jadi dinding pelindung ruang gelap tempat aparat korup mendalang. Tanpa terobosan hukum, presiden pun tak berdaya.

Mari kita sudahi lakon ini. Saatnya para dalang dituntut pertanggungjawabannya.

Kurnia JR, Sastrawan

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 9 Mei 2015, di halaman 6 dengan judul "Lakon Sesat". 

Narasumber Bimbingan Lektor Kepala Menuju Guru Besar

Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah III mengadakan kegiatan Bimbingan Teknis Percepatan Usulan Karir Dosen Lektor Kepala menuju Guru Besar Bid...